Human Right First

Hadirin yang kami muliakan,

Pertama-tama ijinkan saya mengucapkan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Human Rights First dan teman-teman yang peduli dalam memperjuangkan dan menegakkan hak-hak asasi manusia.

Merupakan hal yang sulit bagi saya menerima award ini sendirian. Saudara-saudara baru saja melihat (divideo) suami saya Munir, seorang yang menghidupi jalan kegelapan kaum tertindas. Dia seorang humanis sejati dan dampak kehilangannya tidak bisa dihitung.

Seharusnya dia berada disini malam ini, seharusnya dia ikut dalam kemeriahan ini. Kenyataannya dia telah tiada dan duka ini tetap untuknya. Tentunya kita tidak hadir disini untuk berduka cita.

Saya yakin kita hadir disini untuk ikut mendukung cita-citanya ‘berjuang untuk keadilan’. Kita percaya bahwa semua orang berhak untuk hidup bermartabat, bebas dari rasa ketakutan,penindasan dan kemiskinan.



Hadirin yang terhormat,

Kita hadir disini karena kita percaya bahwa kita harus berjuang untuk memecah rantai kekerasan dan impunitas yang menghina Negara hukum dan mengorbankan kita semua.

Penghargaan ini membuat keyakinan saya semakin kuat bahwa apa yang dikerjakan Munir tidaklah sia-sia. Tapi jika kita ingin kehidupan dan kematian Munir tak sia-sia kita harus bertindak berdasarkan keyakinan kita. Dengan begitu dia menjadi hidup.

Sudah menjadi keharusan bagi kita semua, dihari bersejarah ini sejenak kita menundukkan kepala untuk saudara-saudara kita yang masih belum mendapatkan kebebasan hingga kini tidak pernah lepas dari rentetan-rentetan kekerasan.

Anda semua disini, memiliki ruang sosial politik yang lebih baik dan mendapatkan jaminan kepastian hukum yang lebih menjanjikan dari pada kami. Atas kondisi tersebut tentunya tak berlebihan bagi saya untuk meminta bantuan saudara-saudara membawa pembunuh suami saya kepengadilan

Orang percaya mereka tidak tersentuh hukum dan keadilan. Selama mereka tidak pernah bertanggung jawab mereka akan tetap tidak tersentuh. Dan siklus impunity itu akan terjadi terus menerus tidak hanya di Indonesia saja.



Hadirin yang terhormat,

Jika sampai hari ini saya tetap memperjuangkan keadilan bagi Munir bukan karena semata-mata Munir adalah suami saya dan abah anak-anak saya. Adalah sebuah kewajiban bagi saya agar kejadian yang sama terhadap Munir tidak terulang lagi. Sungguh ketakutan yang paling dalam pada diri saya adalah pembunuhan terhadap Human Rights Defender akan terus menerus berlangsung dan direproduksinya impunity dinegara tercinta saya Indonesia.

Ada kartu post disetiap meja dengan foto Munir.

Kartu post itu meminta pemerintah Indonesia menginvestigasi dengan benar supaya kebenaran dan keadilan itu hadir. Saya berharap kartu itu anda isi, lewat aksi ini saudara-saudara akan membantu memastikan kematian suami saya akan membawa hukum dan semangat baru demi keadilan di Indonesia. Lewat aksi ini saudara-saudara memastikan bahwa saya tidak berdiri sendirian.

Akhir kata terimakasih atas penghargaan ini saya terima atas nama saya dan suami saya. Penghargaan ini kami dedikasikan kepada korban HAM di Indonesia, orang-orang yang mencintai serta berkomitmen terhadap keadilan dan hak asasi manusia. .

Kami percaya bahwa kebenaran akan tetap menjadi kebenaran, namun kebenaran tidak akan pernah datang kalau tidak diperjuangkan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akidah Islam

Akibat Memakan Harta Riba

Dampak Teknologi bagi Masyarakat