Pidato Akhir Jabatan

Salam Sejahtera bagi kita semua
…………………..
Ketika Panitia Pelepasan minta saya untuk mempersiapkan pidato akhir jabatan, saya agak bingung, akhir jabatan apakah yang dimaksud. Di perguruan tinggi dikenal adanya jabatan struktural dan jabatan fungsional. Seperti telah dibacakan pada curriculum vitae, jabatan struktural sebagai Ketua Jurusan Farmasi sudah saya tinggalkan sejak tahun 1987. Jabatan Fungsional tidak akan diakhiri selama kondisi fisik dan mental masih memungkinkan, dan masih dibutuhkan di perguruan tinggi swasta. Jadi setelah dipikir-pikir, akhir jabatan yang dimaksud di sini yang paling sesuai ialah jabatan fungsional sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Universitas Hasanuddin, DepDikNas. Sebagai catatan informasi, dalam lingkungan UNHAS  beberapa Jurusan sudah mulai mengantisipasi menyongsong diubahnya status UNHAS menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yaitu dengan cara mengangkat kembali staf pengajarnya yang memasuki masa bakti (pensiun) menjadi dosen tetap UNHAS Non-PNS, yang diberi istilah dosen kontrak. Rupanya Jurusan Farmasi FMIPA UNHAS belum melihat urgensinya ke arah situ.
…………..
Seorang dosen atau staf pengajar di perguruan tinggi seyogianya mempunyai 3 jenis kemampuan dasar yang perlu dan harus dikembangkan :
(1)  kemampuan subyek, yaitu kemampuan sebagai ahli dalam disiplin ilmu yang ditekuninya,
(2) kemampuan kurikulum, yaitu kemampuan untuk menjelaskan peran dan kedudukan mata kuliah yang menjadi tanggungjawabnya sesuai kurikulum program studi atau program profesi,
(3) kemampuan pedagogik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan proses pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar mahasiswa)  dari mata kuliah yang menjadi tanggungjawabnya.
Semoga semua dosen Jurusan Farmasi maupun FMIPA semuanya sudah memiliki dan tetap mengembangkan ketiga keterampilan sebagai dosen tersebut.
……………….
Pada pembicaraan selanjutnya akan saya coba menguraikan ketiga kemampuan tersebut dengan contoh-contoh dari pengalaman pribadi saya, sehingga merupakan pula  kilas balik mengenai suka duka saya selama menjadi dosen UNHAS.
Kemampuan pertama ialah kemampuan subyek, yang meliputi kemampuan mengembangkan diri dalam bidang ilmu atau keahlian utama (major subject), yang dapat dicapai melalui pendidikan lanjut ke Pasca Sarjana atau melaksanakan penelitian mandiri.

Seperti yang telah dibacakan pada cv saya, baru 2 tahun saya diangkat sebagai PNS di UNHAS, saya langsung diserahi jabatan struktural, yaitu sebagai Sekretaris Fakultas Ilmu Pasti dan Pengengetahuan Alam (FIPPA). Struktur organisasi pimpinan Fakultas pada waktu itu terdiri atas Dekan, Sekretaris dan beberapa Koordinator. Belum selesai masa jabatan tersebut, terjadilah restrukturisasi UNHAS melalui penggabungan sumber daya FIPPA dan Fakultas Teknik menjadi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), dimana saya menjabat Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Logistik (PD II). Setelah selesai satu periode, saya menjabat Ketua Departemen Farmasi, yang kemudian berubah lagi menjadi Ketua Jurusan Farmasi dalam lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Jadi lebih dari 10 tahun pertama masa dinas saya sebagai Pegawai Negeri Sipil dihabiskan untuk jabatan struktural, sehingga lupa untuk mengikuti pendidikan formal lanjut melalui Program Pasca Sarjana. Namun demikan kegiatan penelitian mandiri tetap dilakukan, sebab kalau tidak, tidaklah mungkin saya akan naik pangkat dan mencapai pangkat terkahir/Golongan IVc.
………..
Hal lain yang menyebabkan saya lupa untuk pendidikan lanjut, ialah beratnya beban tugas dan tanggung dalam pelaksanaan perkuliahan. Seperti diketahui, Jurusan Farmasi menghasilkan lulusan pertamanya pada tahun 1975 (kerjasama dengan UNPAD). Jumlah staf pengajar masih sangat minim, dan di samping itu banyak dosen yang dikirim ke luar untuk pendidikan lanjut, sehingga tugas rutin perkuliahan harus dibagi-bagi kepada mereka yang tinggal menjaga rumah. Berdasarkan SK pengangkatan saya yang pertama, tugas saya ialah dalam bidang Analisis Kimia Organik. Namun kenyataannya, di samping mengajar Analisis Farmasi, Sulfa-Barbital, Biotransformasi Obat (Bagian dari Kimia Medisinal), Radiofarmasi pada awalnya saya “terpaksa” mengajar Teknologi Steril, Teknologi Tablet (Lab.Farmasetika), mata kuliah pilihan Kajian Pustaka Farmasi, Wawasan Ilmu Farmasi, dan pada program profesi Apoteker : Manajemen Farmasi, Undang-Undang dan Etik Profesi, Komunikasi Personal, dan terakhir diberikan lagi mata kuliah baru, yaitu Peraturan Perundang-undangan.

Namun demikian, menjelang usia kepala lima, mengikuti konsep pendidikan seumur hidup (life-long education). masih ada usaha untuk studi lanjut dengan biaya sendiri pada Program Pasca Sarjana UNHAS. Setelah kurang lebih setahun mengikuti program pasca sarjana tersebut saya mendapat tawaran dari Pusat Antar Universitas, Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT), untuk mengikuti pelatihan di luar negeri dalam bidang Instructional Product Development, bertempat di Syracuse University, New York, USA selama 3 bulan. Waktu PAU-PPAI-UT ditugasi oleh DirJen Dikti untuk menyusun Program Pelatihan PEKERTI/AA untuk staf pengajar di Perguruan Tinggi sebagai pengganti Program AKTA V. Tawaran ke luar negeri tentunya saya terima, karena merupakan kesempatan yang tidak akan terulang lagi. Dengan demikian saya  terpaksa meninggalkan studi pada program PS. Sebenarnya saya diberikan cuti akademik, tetapi sekembalinya dari luar negeri saya tetap harus membiayai sendiri studi saya sehingga saya menarik diri.

Karena itulah peningkatan kemampuan subyek saya “jalan di tempat”, alias macet. Ada satu lagi catatan saya yang tertinggal berkaitan dengan pengembangan kemampuan subyek.

Pada tahun 1988 saya mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan alat laboratorium, khususnya Gas Chromatography dan High Performance Liquid Chromatography selama 1 bulan di Monash University, Melbourne, Australia,. Pengiriman ke luar negeri ini dibiayai oleh Proyek Pengembangan Laboratorium Kampus Baru UNHAS yang Procurement Managernya ialah alm. Ir Muh.Ramli, MSc. Sekarang ini setelah hampr 20 tahun, berbagai peralatan yang saya pelajari tersebut belum juga dimiliki oleh Jurusan Farmasi. Bisa dibayangkan sejauh mana ketertinggalan Jurusan Farmasi dalam hal peralatan laboratorium.

Berkaitan dengan peningkatan kemampuan subyek dosen FMPA, khususnya dosen Jurusan Farmasi, melalui forum ini saya anjurkan agar ditata kembali pengasuh mata kuliah agar sesuai dengan bidang keahlian utamanya. Setiap mata kuliah sebaiknya dikelola oleh hanya 1 orang penanggungjawab, jangan lagi seperti sekarang ini yang masih menggunakan sistem pengeroyokan 1 mata kuliah oleh 3 sampai 5 dosen, kecuali tentunya pada matakuliah Basic Sciences yang memang memerlukan Team Teaching .untuk sejumlah besar mahasiswa. Perkuliahan dengan cara pengeroyokan 1 mata kuliah tersebut tidak akan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa secara utuh.  Dengan demikian pula dosen sebagai satu-satunya penanggungjawab mata kuliah dapat lebih berkonsentrasi dalam pengembangan perkuliahan subyeknya sendiri, di samping tentunya mengasuh matakuliah pilihan lainnya.    
 ……..
Kemampuan dosen yang kedua ialah kemampuan kurikulum. Pada kemampuan ini  seorang dosen harus dapat menjelaskan peran dan kedudukan mata kuliah yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan kurikulum Program Studi atau Program Profesi.  Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan yang sudah dibicarakan sebelumnya, yaitu kemampuan subyek. Seorang dosen diharapkan secara kontinu dapat meningkatkan dan mengembangkan keahliannya sesuai  perkembangan “state of the art”  bidang studinya, namun perlu pula membuat semacam pembatasan, sampai di mana materi yang perlu diajarkan kepada mahasiswa yang sesuai dengan jenjang programnya.

Apakah seorang dosen perlu atau harus  “mengajarkan” semua keahlian yang dimilikinya kepada mahasiswa ?
….
Pada pembelajaran zaman dulu (sebelum tahun 1980) dikenal dosen dengan gelar Doctorandus (Drs) sebagai persiapan Doctor (kandidat doktor). Dalam kegiatan proses belajar mengajar, dosen tersebut berusaha “mengajar”  (menumpahkan ke dalam otak mahasiswa) apa yang diketahuinya sebanyak mungkin tanpa pembatasan  kepada mahasiswanya, sehingga dulu dikatakan hanya 70% pengetahuan dosen yang dapat diserap oleh mahasiswanya. Setelah struktur program pendidikan tinggi diubah pada tahun 80-an dengan penjenjangan dan jalur, maka terjadilah pembatasan pada apa yang perlu diajarkan kepada mahasiswa, yang sesuai menurut jenjangnya, apakah jenjang Program D-III,  S-1, S-2 dan S-III.  Hal ini sering dilupakan dosen atau  sengaja “tidak mau tahu “  dalam merancang mata kuliahnya agar sesuai dengan kurikulum Program Studi. Inilah yang dimaksud dengan kemampuan kurikulum seorang dosen.

Seorang dosen pada zaman sekarang lebih berfungsi sebagai perancang mata kuliah dan fasilitator, bukan lagi sebagai pengajar, karena  pendidikan tinggi sekarang lebih berorientasi belajar (learning-oriented), bukan lagi teaching-oriented. Mengapa dosen zaman sekarang disebut fasilitator bukan lagi sebagai pengajar,  karena apabila di zaman dulu dosen adalah satu-satunya sumber belajar (buku teks hanya dosen yang punya), maka pada  zaman sekarang sumber belajar sudah berlimpah, apakah pada perpustakaan atau melalui internet. Dengan demikian maka kemampuan kurikulum seorang dosen pada saat ini semakin mengemuka dan sangat dibutuhkan. Kemungkinan terjadi mahasiswa yang mempunyai fasilitas akses internet lebih luas pengetahuannya dibanding dosen yang “jalan di tempat”
……………
(masih mengenai kurikulum)
Pada Tahun 2000 diterbitkan KepMenDikNas No.232/U/2000 dan No.045/U/2002 tentang Kurikulum Berbasis Kompetenesi. Seharusnya bagi Jurusan Farmasi hal ini bukan barang baru, sebab pada awal tahun 80-an kami sudah memperoleh lengkap Competency-Based Curriculum yang dikembangkan di University of Minnesota, USA, dan pernah saya sajikan dalam salah satu seminar di Jurusan Farmasi, tetapi tidak mendapatkan tanggapan serius dari audiens.
………………………
Kemampuan ketiga ialah kemampuan pedagogik, yaitu kemampuan dalam pelaksanaan proses pembelajaran atau aktivitas instruksional, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar mahasiswa.   Mengikuti Higher Education Long Term Strategy  (Kebijakan Pengebangan Pendidiktan Tinggi –Jangka Panjang ke-4, Dikti) pendidikan di UNHAS saat ini seperti telah disebutkan di atas, telah mengalami pergeseran  dari  teaching-oriented  ke learning oriented. Metode pembelajaran (delivery method) juga semakin bergeser ke computer-assisted instruction (CAI). Bidang Kedokteran dan Keperawatan telah mengadopsi metode pembelajaran Problem Based Learning. Kemampuan ini semuanya telah dipersiapkan dalam bentuk penataran dosen yaitu Program PEKERTI/APPLIED APPROACH yang dikelola oleh Pusat Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional (P3AI-UNHAS). Kemampuan ketiga inilah yang saya geluti sejak tahun 1990 sampai menjabat Ketua P3AI-UNHAS, yang juga berakhir masa jabatan pada tanggal 3 Januari 2005 yang lalu. Jadi selama 15 tahun terakhir ini, saya lebih berkonsentrasi pada kemampuan dosen yang ke-3.
…………….
Selain ketiga kemampuan dasar dosen seperti yang telah diuraikan tadi, seorang staf pengajar di perguruan tinggi juga perlu mengembangkan berbagai kemampuan umum lainnya, misalnya kemampuan manajerial. Kemampuan ini khususnya perlu dikembangkan oleh seorang dosen yang juga merangkap suatu jabatan struktural. Menduduki suatu jabatan struktural tampaknya mudah dan enak, karena ada tunjangan jabatannya. Namun sering terlupakan bahwa seorang pejabat struktural di perguruan tinggi itu memimpin sekelompok orang-orang pintar dengan berbagai kebutuhan dan keinginannya sendiri-sendiri. Karena itu, tanpa adanya suatu konsep pengembangan yang solid, dan secara konsekuen melaksanakannya, maka pejabat struktural itu akan terombang-ombing, didorong ke kiri dan ke kanan. Kemampuan umum lainnya ialah kemampuan mengembangkan diri sendiri dalam bidang teknologi komunikasi informasi (Information Communication Technology = ICT). Perkembangan ICT yang sangat pesat itu telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Proses pembelajaran atau aktivitas instruksional mau tidak mau harus disesuaikan perkembangannya. Penggunaan multimedia dalam kelas, penggunaan CDROM dalam computer-based instruction, pembelajaran berbasis-web (e-learning), dan pembelajaran jarak jauh (distance learning), semuanya semakin berkembang. P3AI-UNHAS telah mempersiapkan sumberdaya pelatih dan trknisi yang bersertifikat, dan sedang mengembangkan peralatan mutimedia melalui proyek Hibah Kompetisi SP4 dalam rangka pengembangannya menjadi Pusat Media dan Sumber Belajar, yang merupakan salah satu Pusat dalam Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanuddin (tercantum dalam Statuta UNHAS). Seperti diketahui, P3AI-UNHAS menyiapkan berbagai jenis penataran bagi dosen dalam rangka peningkatan kemampuan pedagogik dosen di dalam UNHAS maupun di luar UNHAS.

…………….

Demikianlah kilas balik pengalaman, termasuk kesan dan pesan saya mengakhiri jabatan fungsional sebagai Pegawai Negeri Sipil.  Kiranya ada manfaatnya bagi sivitas akademika UNHAS, FMIPA, khususnya Jurusan Farmasi.

Acara pelepasan hari ini bukanlah akhir dari “persaudaraan” yang telah terjalin selama ini. Buktinya di P3AI-UNHAS telah diadakan penggantian pimpinan, namun saya masih ditugaskan kembali sebagai Penasehat. Demikian pula rekan-rekan staf pengajar Jurusan Farmasi dan FMIPA, masih akan bertemu dengansaya pada tugas dan kegiatan lain.

Dan, pada akhirnya melalui forum ini, saya pribadi maupun bersama keluarga menyampaikan permohonan maaf kepada saudara sekalian apabila di waktu lampau pernah menyakiti ataupun menyinggung perasaan saudara, yang saya yakin tidak disengaja.

Terima kasih kami ucapkan kepada Panitia Penyelenggara acara ini, dan juga terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama yang baik selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati saudara sekalian. Amin    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akidah Islam

Akibat Memakan Harta Riba

Dampak Teknologi bagi Masyarakat